Mencari Referensi-Referensi Yang Relevan

Nama: Wahyu Andika 

Npm: 202246500657

Kelas: R3i

Matkul: Filsafat Seni

Dosen: Dr.Sn. Angga Kusuma Dawami M.Sn.


Perbandingan 30 Artikel Meliputi

      objek, teori/pendekatan, analisis, dan kesimpulan


1. Analisis Semiotika dalam Novel Gadis Pesisir 

- Link: https://jurnal.uns.ac.id/prosidingsemantiks/article/view/39002

- objek: Interpretant

- pendekatan/teoriCharles Sanders Pierce

Merujuk modul Konstruksi Konsep SeniAristoteles mengungkapkan bahwa seni harus dinilai sebagai suatu tiruan, yakni tiruan alamiah dan dunia manusia. Namun Aristoteles tidak mengartikan seni sekadar tiruan, melainkan seni harus memiliki keunggulan falsafi yakni bersifat dan bernada universal

- Analisis: Penelitian ini bertujuan untuk merepresentasikan masyarakat Pesisir pada novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana. Penelitian ini menggunakan kajian semiotika dari Charles Sanders Pierce. Proses pemaknaan menurut Pierce terbagi menjadi tiga tahap yaitu penyerapan  signifier (representament), penunjukan representamen pada object  dan penafsiran lanjut (interpretant). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif  kualitatif dengan jenis penelitian tekstual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peneliti menemukan signifier (representament) dari kata “ Pesisir” yang mengarah pada objek berupa hitam, kurus dan rakus ( indeks), serta makanan dan pakaian sebagai simbol . pada tahap penafsiran akhir dalam novel yang dapat mengarah  pada kemiskinan  (rheme) sebagai  interpretant. Tanda-tanda tersebut tersebar dalam bentuk kata-kata, frasa, maupun kalimat yang terdapat dalam  novel. Berdasarkan tanda-tanda yang berhasil dikumpulkan dapat memberi pehaman tentang gambaran kehidupan masyarakat pesisir Papua yang kebanyakan terdiri dari  pendatang  yang cenderung mengarah pada masalah sosial, yakni kemiskinan.

- kesimpulan: paparan tersebut menunjukan bahwa representasi masyarakat pesisir digambarkan lebih. kearah serba kekurangan atau kemiskinan, susahnya memenuhi kebutuhan sehari hari sehingga gambaran keluarga halijah menjadi sebuah potret betapa pendatang tidak mempersiapkan dengan baik tujuan hidupnya di daerah baru 

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


2. Analisis Ideologi Jawa pada Puisi-Puisi Karya Sapardi Djoko Damono

Link: https://online-journal.unja.ac.id/pena/article/view/9343

Objek: puisi puisi

teori/pendekatan: Charles Sanders Pierce

Menurut Teori Semiotika Charles Sander Peirce, semiotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran menurut Peirce dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda ini menurut Peirce memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Dalam hal ini manusia mempunyai keanekaragaman akan tanda-tanda dalam berbagai aspek di kehidupanya. Dimana tanda linguistik menjadi salah satu yang terpenting. Dalam teori semiotika ini fungsi dan kegunaan dari suatu tanda itulah yang menjadi pusat perhatian. Tanda sebagai suatu alat komunikasi merupakan hal yang teramat penting dalam berbagai kondisi serta dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek komunikasi.

Analisis: Artikel ini membahas ideologi Jawa pada kumpulan puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono. Pembahasan ideologi difokuskan pada aspek-aspek tanda yang terdapat di dalam teks dan relasinya dengan teks yang lain. Pada penelitian ini, ideologi diejawantah berdasarkan relasi tanda yang muncul sebagai bagian dari representasi yang mewakili teks dan konteks yang mengerangkai keseluruhan puisi. Tanda-tanda yang akan dianalisis mengacu pada teori semiotika yang dipaparkan oleh Pierce, yaitu dengan membahas ikon, indeks, dan simbol. Representasi terhadap tanda ini akan merujuk pada makna yang ada pada keseluruhan puisi. Selain itu, pembahasannya akan diperkuat dengan intertekstualitas yang terdapat pada puisi dengan melihat keterkaitannya dengan teks lain. Metode yang digunakan adalah metode penelitian semiotika, yakni dengan membahas teks puisi berdasarkan struktur teks, gagasan yang terkandung di dalamnya, serta representasi ideologi berdasarkan struktur dan gagasan tersebut. Hasil penelitian ini adalah representasi ideologi pada puisi-puisi Sapardi Djoko Damono yang meliputi konsep ideologi manusia Jawa tentang konsep kelahiran manusia, konsep hubungan baik dengan sesama, konsep kematian, dan konsep manusia sempurna. Konsep-konsep tersebut merepresentasi gambaran manusia Jawa secara utuh dan kompreshensif berdasarkan puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono.

Kesimpulan: Pengklasifikasian fase-fase tersebut merupakan bagian dari pemahaman dalam menggambarkan pola-pola kehidupan masyakarat dalam budaya Jawa. Fase-fase tersebut menunjukkan pemahaman manusia Jawa dalam melihat kehidupan secara utuh. Di samping itu, ada ciri khusus melihat ajaran mistisisme Jawa dalam puisi Sapardi Djoko Damono, yakni diantaranya ada konsep “mendewakan” sesuatu. Seperti yang dijabarkan oleh Simuh (2016: 133) bahwa konsep perilaku mendewakan pada mitos terhadap ruh nenek moyang akan melahirkan penyembahan (anceptor worship) yang mendorong terjadinya hukum adat, kebudayaan, dan relasirelasi pendukungnya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Layungkuning (2018: 1-2) menjelaskan bahwa masyarakat Jawa mempercayai kekuatan-kekuatan yang berada di sekitar mereka, kekuatan-kekuatan tersebut menjadi salah satu elemen yang dapat mewujudkan keharmonisan di dunia. Selain itu, pola-pola akan sinkretisme budaya tersebut tampak pada penggunaan nama dan istilah yang merujuk pada nama dan istilah ketuhanan atau kekuatan gaib lain yang tersebar pada puisi-puisi Sapardi Djoko Damon

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


3. Analisis Pesan Moral dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung Bramantyo 

Link : https://www.neliti.com/publications/205964/representasi-pesan-moral-dalam-film-rudy-habibie-karya-hanung-bramantyo-analisis

Objek: film habibie dan ainun 

Teori/pendekatan:  Charles Sanders Pierce

Menurut Teori Semiotika Charles Sander Peirce, semiotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran menurut Peirce dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda ini menurut Peirce memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Dalam hal ini manusia mempunyai keanekaragaman akan tanda-tanda dalam berbagai aspek di kehidupanya. Dimana tanda linguistik menjadi salah satu yang terpenting. Dalam teori semiotika ini fungsi dan kegunaan dari suatu tanda itulah yang menjadi pusat perhatian. Tanda sebagai suatu alat komunikasi merupakan hal yang teramat penting dalam berbagai kondisi serta dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek komunikasi.

Analisis: Film Rudy  Habibie  menggambarkan bagaimana pesan moral yang dipresentasikan  oleh  sosok  tokoh  rudy  yang menjadi pemeran utama dalam cerita. Didalam hasil mengenai pesan moral yang  terkandung  dalam  film  rudy  habibie,  memiliki   11   scene   ini   peneliti   membagi menjadi  3  bagian  yaitu  hubungan  manuia dengan  tuhan,  hubungan  manusia  dengan, hubungan    manusia    dengan    lingkungan sosial. Dalam  penelitian  representasi  pesan moral  dalam  film Rudy  Habibie  ini  terdapat kaitannya  dengan  teori  yang  dikemukakan oleh  Roland  Barthes,  dengan  menggunakan teori  Roland  Barthes  tersebut  peneliti  dapat menemukan bagaimana pesan moral dipresentasikan di dalam film Rudy Habibie.Peneliti mengandalkan analisis semiotika dengan menggunakan penganalisisan makna denotasi, konotasi dan mitos    yang    terdapat    dalam    film Rudy Habibie,   dalam   menemukan   makna   yang terkandung  dan  tersembunyi  dalam  sebuah tanda pada sebuah film.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil pada pembahasan  yang merupakan analisa dari peneliti melalui elemen representasi     pesan     moral yang dianalisis     melalui     unit     analisis Semiotika    Roland    Barthes,    maka ditemukan     hasil     bahwa     makna denotasi,  konotasi  dan  mitos  dalam film   rudy   habibie,   lebih   dominan menunjukkan  pesan  moral  religius, seperti   rudy   kecil   sedang   belajar mengaji   dengan   seorang   gurunya bersama teman-temannya. Menggunakan    kopiah    serta    baju muslim  khusyuk  membaca  ayat  suci al   quran.   Rudy   membaca   surat   al ikhlas,  kemudian  gurunya  meminta untuk  berhenti  sejenak  karena  ada kesalahan     tanda     baca.     Dengan membaca al quran dapat memberikan ketenangan  jiwa  serta  terhindar  dari perbuatan  buruk,  rudy  menunjukkan dirinya  sejak  dini  telah  didik  oleh orang tuanya untuk taat beribadah. 2. Berdasarkan hasil pada pembahasan  yang merupakan analisa dari peneliti melalui elemen representasi     pesan     moral yang dianalisis     melalui     unit     analisis Semiotika    Roland    Barthes,    maka ditemukan  hasil  bahwa  pesan  moral dalam     film     rudy     habibie     sisi kehidupan  melalui  tanda-tanda  yang muncul baik visual maupun verbal di dalam  masing-masing  adegan  yang mengandung    pesan    moral    dalam berbagai  sisi  kehidupan  dapat  dibagi menjadi   tiga   yaitu   :   Pesan   moral hubungan   manusia   dengan   Tuhan, Pesan    moral    hubungan    manusia dengan manusia, Pesan moral hubungan manusia dengan lingkungan sosialHubungan   manusia   dengan Tuhan, rudy sangatlah rajin beribadah  melaksanakan  sholat  dan selalu  berdoa.  Hubungan  manusia dengan   manusia,   rudy   memiliki sifat   sabar,   sopan   santun   kepada sesamanya  dan  saling  menghargai terhadap  perbedaan  pendapat.  Dan terakhir Hubungan manusia dengan

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


4. Analisis Film “Surat Kecil Untuk Tuhan” 

Link: https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/diskursus/article/view/6668

Objek: Film Surat Kecil Untuk Tuhan

Teori/Pendekatan:  Charles Sander Peirce dan sosiologi sastra

Analisis: Analisis semiotika merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap suatu teks, sistem lambang, simbol, atau tanda- tanda (signs), baik yang terdapat pada media massa (berita, tayangan televisi, film, dan sebagainya) maupun yang terdapat di luar media massa (lukisan, patung, fashion, dan sebagainya) (Sobur, 2003). Berdasarkan pemilihan objeknya, peneliti bermaksud menganalisis struktur tanda dan makna pada film “Surat Kecil Untuk Tuhan” dengan menggunakan pendekatan analisis semiotika Charles Sanders Peirce tentang struktur tanda (level sintagmatik) dan representasi makna (level paradigmatik). Orientasi penelitian ini selanjutnya akan menggambarkan makna film “Surat Kecil Untuk Tuhan”. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan analisis semiotik sebagai dasar penelitian. Dengan pertimbangan bahwa semiotik melihat media (film) sebagai struktur keseluruhan, berupaya mencari makna yang laten atau konotatif, sedangkan analisis isi (metode kuantitatif) tidak cukup membantu peneliti untuk memperoleh latent of contents.

Kesimpulan: Representasi sosial yang terdapat dalam film “Surat Kecil Untuk Tuhan” adalah: Makna relasi sosial mewujud dalam berbagai dimensi hubungan. Pertama, dimensi hubungan di kalangan remaja dalam bentuk jalinan persahabatan dan pergaulan. Kedua, relasi sosial kekeluargaan, yakni hubungan antara anak dengan orang tua. Ketiga, interaksi antar-individu yang terwujud melalui sikap empati sosial para tokoh dalam perannya. Keempat, kisah roman dari tokoh utama dalam film ini. Empat makna relasi sosial tersebut merupakan fragmen-fragmen dari dinamika kehidupan manusia atau secara tidak langsung merefleksikan realitas sosial yang

Sedangkan: Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


5. Analisis Masyarakat Urban di Kota Bandung dalam Bingkai Karya Seni Karya Mufty Priyanka

Link: http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/komunikasiana/article/view/13233

Objek: Karya Seni Masyarakat Urban dikota bandung 

Teori/Pendekatan: Representasi 

Analisis: Penelitian ini mendeskripsikan komunikasi seni melalui budaya masyarakat Bandung dalam bingkai  penciptaan  seniterfokus  pada  fenomena kota kosmopolitankemudian  mewujudkan  bentuk masyarakat urban dengan segala bentuk gejala sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya di daerah Cicadas, gejala sosial yang muncul menjadi dinamika tersendiri yang dapat dikaji dari berbagai perspektif. Dalam penelitian ini, peneliti membuat sebuah bingkai berdasarkan persepsi terhadap gejala sosial  yang  terjadi  di  tengah  dinamika  masyarakat  urban.  Metode  yang  digunakan  adalah Analisis deskriptif bersifat kualitatif dalam menggambarkan persepsi terkait hal-hal istimewa dari gejala sosial yang  ditemukan  saat  melakukan  pengamatan  pada  karya  seni  ilustrasi  yang  erat  kaitannya  dengan gambaran masyarakat urban. Penelitian ini menjabarkan makna-makna dari karya seni yang diciptakan olehseniman, ditemukan bahwa karya yang muncul merupakan wujud representasi gejala sosial yang dituangkan dalam bentuk karya seni dan secara tidak langsungmakapada karya seni MuftyPriyankamenjadi mediakomunikasipenciptanyamerespon berbagai isu terkait gejala serta interaksi sosial yang muncul di kawasan padat penduduk, atau kawasan yang muncul ditengah hiruk pikuk masyarakat urban Bandung dalam perspektif seni.

Kesimpulan: Dalam konteks  komunikasi  seni  pada penciptaan  karya  yang  dilakukan  oleh  Mufty Priyanka, persepsi diasumsikan   sebagai   inti   dari   komunikasi   yang   berlangsung   dalam penyampaian  pesan  dalam  karya-karya  yg  lahir.  Ada  kalanya  persepsi  yang muncul  tidak akurat, namun tidak dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi dalam upaya penyampaian pesan  yang  terjadi  tidak  efektif. Persepsilah  yang  menentukan kita  memilih  suatu  pesan  dan mengabaikan  pesan  yang  lain.  Semakin  tinggi  derajat  kesamaan  persepsi  antarindividu, semakin  mudah  dan  semakin  sering  mereka  berkomunikasi  dan  membentuk  identitas  dari masing-masing pemaknaan yang muncul.Persepsi akan karya yang berangkat dari representasi

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


6. Analisis Feminisme dalam Film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak

Linkhttps://journal.untar.ac.id/index.php/koneksi/article/view/6154

Objek: si pembunuh 

Teori/Pendekatan: semiotika  Roland  Barthes  dengan  metode  penelitian kualitatif   deskriptif.

Analisis: Dalam  peneliti  ini  penulis  mengamati  melalui  unsur  naratif  dari  film  ini  dan menemukan  dan  menemukan  beberapa  penggambaran  dalam  penggalan-penggalan adegan  yang  dipusatkan  pada  tokoh  Marlina  dan  Novi  ,  menggunakan  analisis semiotika  Roland  Barthes  yitu  denotasi,  konotasi,  dan  mitos.  Penulis  menggunakan analisis  semiotika  untuk  menganalissi  adegan-adegan  per sceneyang  ada  pada  film “Marlina  Si  Pembunuh  Dalam  Empat  Babak”  film  ini  bercerita  tentang  seorang perempuan  berstatus  janda  yang  ditinggal  mati  oleh  suaminya  kemudian  menjadi korban  pemerkosaan  dan  perampokan  lalu  ia  memulai  perjalananya  dengan  tujuan untuk menegakkan keadilan untuk dirinya yang telah menjadi korban.Denotasisignifierkonotasisignifiedmitos

Kesimpulan: Berdasarkan dari hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan penulis, disimpulkan bahwa pada film “Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak” terlihat representasi  feminisme  berupa  feminimse  liberal  yang  diperlihatkan  oleh  karakter Marlina  yang  berjuang  sendirian  untuk  mencari  keadilan  atas  apa  yang  sudah dilakukan oleh para perampok. Selain itu karakter Novi juga memperkuat representasi tentang  feminisme  disini  Novi  menceritakan  posisi  dirinya  bahwa  wanita  itu  sosok penting  dalam  sebuah  kehidupan  yang  tidak  hanya  mengandalkan  emosional  dan irasional saja dan bisa menjadi  pemimpin untuk dirinya dan orang sekitarnya.

Sedangkan: Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


7. Analisis Kelas Sosial Dalam Film Gundala 

Link: https://journalaudiens.umy.ac.id/index.php/ja/article/view/230

Objek: Film Gundala 

Teori/Pendekatan: Representasi semiotika Roland Barthe

AnalisisMelalui hasil analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yang menunjukkan representasi kelas sosial melalui film gundala. Hasil penelitian ini dianalisis dalam bentuk tanda yang sifatnya verbal maupun non verbal  yang  berupa  potongan-potongan  adegan atau sceneyang  terdapat  pada  film Gundalayang merepresentasikan kelas sosial. Dalam temuan yang dilakukan oleh peneliti, film Gundalamenunjukkan beberapa  adegan  yang  menyinggung  mengenai  kelas  sosial.  Adapun  diantaranya  adalah  mengenai representasi  kelas  sosial  bawah,  representasi  kelas  sosial  atas,  representasi  konflik  antar  kelas,  serta representasi kesenjangan antar kelas.

Kesimpulan: Hasil  yang  ditemukan  mengenai  representasi  kelas  dalam  film  tersebut  dibagi  menjadi  empat  kategori yaitu kelas sosial bawah melalui pendidikan, kelas sosial atas melalui kekayaan dan jabatan, konflik antar kelas pekerja dan pemilik modal, kemudian yang terakhir adalah kesenjangan antar kelas. Pertama kelas sosial  bawah  yang  direpresentasikan  melalui  pendidikan,  dimana  Sancaka  kecil  tidak  mendapatkan pendidikan formal yang baik dikarenakan faktor keluarga, lingkungan serta ekonominya yang tergolong miskin.  Kedua  kelas  sosial  atas  yang  direpresentasikan  melalui  kekayaan  dan  jabatan.  Kekayaan  yang ditampilkan yaitu melalui sebuah tanda berupa fashion yang digunakan, interior gedung dan harta yang mewah. Kemudian jabatan yang ditampilkan juga berupa kekuasaan wewenang yang dimiliki oleh anggota dewan legislatif. Dalam film Gundala konflik antar kelas direpresentasikan melalui adegan buruh yang melakukan demo kepada pemilik pabrik. Konflik kelas tersebut terjadi secara vertikal antara kelas bawah (pekerja) dan kelas atas (pemilik pabrik), adanya konflik tersebut karena pemilik pabrik tidak membayar upah buruh dengan layak. Kemudian kategori yang terakhir adalah representasi kesenjangan kelas melalui tempat tinggal. Kesenjengan ini tentunya diakibatkan kedudukan kelas yang mereka tempati. Dalam film Gundala  kelas  sosial  bawah  diperlihatkan tinggal  di  lingkungan  kumuh  dan  rumahnya  kurang  adanya fasilitas. Sedangkan seseorang yang menempai kelas sosial atas ditampilkan mempunyai tempat tinggal mewah, bersih dan mempunyai fasilitas lengkap.

Sedangkan  Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


8. Analisis karya Ketidak adilan Gender

Link: http://atavisme.kemdikbud.go.id/index.php/atavisme/article/view/57

Objek: Kajian Feminisme

Teori/Pendekatan: HakikatGender

Analisis: Terjadinya ketidakadilan gender terha‐dap perempuan telah berlangsung sejak lama dan masif selama peradaban umat manusia. Ketidakadilan gender merupa‐kan sistem dan struktur ketidakadilan masyarakat secara lebih luas kepada ke‐lompok ‘minoritas’ baik itu perempuan ataupun  laki‐laki.  Ketidakadilan  peran ini dikonstruksi, disosialisasikan, diper‐kuat secara sosial dan kultural melalui ajaran agama maupun negara, bukan ka‐rena kodrat perempuan atau laki‐laki. Kondisi ini menimbulkan ketimpangan peran tidak hanya dalam ranah pribadi (private) tetapi juga dalam ranah umum (public). Ketidakadilan gender termani‐festasikan dalam pelbagai bentuk keti‐dakadilan, yakni marginalisasi atau pro‐ses  pemiskinan  ekonomi,  subordinasi atau anggapan tidak penting dalam ke‐putusan politik, pembentukan stereotip atau melalui pelabelan negatif, kekeras‐an  (violence),  serta  beban  kerja  lebih panjang dan lebih banyak (burden). Ma‐nisfestasi ini tidak bisa dipisah‐pisahkan kare   g berkaitan dan na salinberpenga‐ruh secara dialektis. Dalam CeritadariBlora, kesemua aspek ketidakadilan gender yang telah dibicarakan pada bagian landasan teori hampir semuanya ditemukan. Hal ini bi‐sa  jadi  karena  ide  feminis  (gerakan perempuan) pada saat novel ini dibuat belum merasuki karya sastra di Indone‐sia.  Hal  tersebut  dibuktikan  dengan penggambaran tokoh‐tokoh perempuan dalam karya sastra baik yang dikarang oleh perempuan maupun oleh laki‐laki masih  dalam  perspektif  patriarki,  se‐hingga  penggambaran  ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan da‐lam   a    m  sangat kary sastra  asih    banyak ditemukan.

Kesimpulan: Terjadinya ketidakadilan gender terha‐dap perempuan telah berlangsung sejak lama dan masif selama peradaban umat manusia. Ketidakadilan gender merupa‐kan sistem dan struktur ketidakadilan masyarakat secara lebih luas kepada ke‐lompok ‘minoritas’ baik itu perempuan ataupun  laki‐laki.  Ketidakadilan  peran ini dikonstruksi, disosialisasikan, diper‐kuat secara sosial dan kultural melalui ajaran agama maupun negara, bukan ka‐rena kodrat perempuan atau laki‐laki. Kondisi ini menimbulkan ketimpangan peran tidak hanya dalam ranah pribadi (private) tetapi juga dalam ranah umum (public). Ketidakadilan gender termani‐festasikan dalam pelbagai bentuk keti‐dakadilan, yakni marginalisasi atau pro‐ses  pemiskinan  ekonomi,  subordinasi atau anggapan tidak penting dalam ke‐putusan politik, pembentukan stereotip atau melalui pelabelan negatif, kekeras‐an  (violence),  serta  beban  kerja  lebih panjang dan lebih banyak (burden). Ma‐nisfestasi ini tidak bisa dipisah‐pisahkan kare   g berkaitan dan na salinberpenga‐ruh secara dialektis. Dalam CeritadariBlora, kesemua aspek ketidakadilan gender yang telah dibicarakan pada bagian landasan teori hampir semuanya ditemukan. Hal ini bi‐sa  jadi  karena  ide  feminis  (gerakan perempuan) pada saat novel ini dibuat belum merasuki karya sastra di Indone‐sia.  Hal  tersebut  dibuktikan  dengan penggambaran tokoh‐tokoh perempuan dalam karya sastra baik yang dikarang oleh perempuan maupun oleh laki‐laki masih  dalam  perspektif  patriarki,  se‐hingga  penggambaran  ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan da‐lam   a    m  sangat kary sastra  asih    banyak ditemukan.

Sedangkan  Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


9. Analisis BUDAYA POPULER DALAM FILM “SLANK NGGAK ADA MATINYA”

Link:http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp content/uploads/2016/08/Artikel%20Jurnal%20Upload%20Dwi%20(08-23-16-04-56-33).pdf

Objek: Budaya Populer Dalam Film

Teori/Pendekatan: Sudjiman dan van Zoest 

Analisis: Film Slank Nggak Ada Matinya adalah film asal Indonesia bergenre

drama yang telah dirilis pada tanggal 24 Desember 2013, film Slank Nggak Ada
Matinya ini diproduseri oleh Chand Parwes Servia dan Faiz Servia dan
disutradarai oleh Fajar Bustomi. Film Slank pun melibatkan ribuan slankers pada
saat proses syuting, pemain film Slank Nggak Ada Matinya adalah Adipati
Dolken, Ricky Harun, Ajun Perwira, Aaron Ashab, Deva Mahenra, Meriam
Bellina, Joshua Pandelki, Tora Sudiro, Olivia Jensen, Alisia Rininta, Nadine
Alexandra, Jessica Mila, Kirana Larasati, Mikha Tambayong, dan Sahila Hisyam.
Di film ini, banyak terkuak tentang profil dan masalah-masalah yang pernah
menjerat para personil Slank. Perjalanan Band Legendaris ini sampai di puncak
kesuksesan sangatlah tidak mudah. Mereka banyak tergoda oleh narkoba, Namun
berkat dukungan dari keluarga besar Slank dan para Slankers, dan mereka dapat membuktikan bahwa Slank masih hidup di nadi para pecinta musik tanah air.
dan menjadi sebuah ikon sebagai generasi biru yang di artikan sebagai generasi
baru untuk masa mendatang.
Dimana unsur budaya populer dalam film ini menunjukan bahwa dari setiap
ucapan, bahasa tubuh dan juga aksi dari bintang film Slank memberi efek yang
kuat kepada masyarakat, khususnya slankers.
Maskulinitas di dalam film ini ditampilkan sangat menonjol bila dilihat dari
sosok aktor Kaka, Bimbim, Ridho, Ivanka, Abdee. Dari masing-masing aktor
tersebut terlihat jantan.
Film ini mengajarkan bahwa manusia harus belajar dari kesalahan, dan juga
memberi pembelajaran untuk tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum.

Kesimpulan:  Dalam film ini, grup band slank sebagai sosok idola yang memiliki ciri khas

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


10. Analisis Karya PERLAWANAN MAHASISWA DALAM LIRIK LAGU DARAH JUANG DAN PEMBEBASAN

Link: http://ejurnal.unima.ac.id/index.php/kompetensi/article/view/7642 

Teori/Pendekatan: semiotika Pierce

Analisis: Penelitian ini menggunakan pendekatan     kualitatif     yang,     menurut Sugiyono(2010),  dikenal  sebagai  metode baru  yang  disebut  "artistik"  karena  proses penelitiannya    bersifat    lebih seni    dan kurang  terpola.  Metode  ini  juga  disebut sebagai "interpretatif" karena data penelitian  lebih  berfokus  pada  interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Dalam  pendekatan  kualitatif,  realitas  tidak bersifat    tunggal,    dan    setiap    peneliti menciptakan  realitas  sebagai  bagian  dari proses  penelitian  yang  bersifat  subjektif dan  tergantung  pada  perspektif  peneliti. Lingkup  penelitian  kualitatif  tidak  dapat digeneralisasikan    secara    umum    karena data  yang  dikumpulkan  berupa  kata-kata dan     gambar,     yang bertujuan     untuk memahami realitas yang kompleks (Moleong, 2004: 6).Objek   penelitian   ini   adalah   unsur-unsur  semiotika  yang  terdapat  dalam  lirik lagu Darah  Juangdan Pembebasanyang merepresentasikan perlawanan mahasiswa. Instrumen    penelitian    yang    digunakanadalah  peneliti  sendiri,  serta  literatur  dan sumber-sumber   penelitian   lainnya   yang mendukung   analisis   lirik   lagu   tersebut. Dua  musisi  biasa,  yaitu  John  Tobing  dan Safi‟i   Kemamang,   menjadi   subjek penelitian     dengan     lagu-lagu     mereka sebagai    fokus    analisis    dalam    konteks perlawanan mahasiswa.Teknik    PenelitianYang    dilakukan dalam Pengkajian lirik lagu ini menggunakan    teknik    penelitian    kajian pustaka dengan pendekatan analisis konten atau content analysiskarena  data  berupa

Kesimpulan: aksi   perlawanan   mahasiswa   yang   tidak menggunakan  cara  kekerasan.  Inisejalan dengan  teori  dari  Adam  Roberts  bahwa perlawanan    sipil    yang    di    dalamnya digerakan  oleh  mahasiswa  sebagai  kaum intelektual  telah  muncul  dengan  berbagai bentuk  melalui  sejarah,  dan  telah  menjadi dekat selama beratus-ratus tahun belakangan  ini,  tiga  hal  besar  yang  bisa memicunya   Dekolonisasi,   demokratisasi, dan     persamaan     rasial.     Menyebabkan kampanye   ini   dikarakteristikan   sebagai kegiatan tanpa kekerasan.Dalam lirik lagu Darah jaung representasi    perlawanan    yang    muncul dalam    adalah    :    Perlawanan    terhadapeksploitasi  sumber  daya  alam  oleh  kaum pemodal,    perlawanan    terhadap    praktik ketidakadilan,   dan   perlawanan   terhadap perampasan     negara     terhadap     rakyat. Merujuk  pada  Tabel  Analisis  Simbol  1 dalam  penggalan  lirik  Mereka  dirampas haknya,Tergusur  dan  lapar,  Bunda  relakan darah  juang  kami,  Tuk  bebaskan  rakyat, Mereka  dirampas  haknya,  Tergusur  dan lapar,  Bunda  relakan  darah  juang  kami, Padamu  kami  berjanji.  Sedangkan  dalam lirik lagu Pembebasan representasi perlawanan     yang     muncul     adalah     : Penyatuan  gerakan  dan  kekuatan,  cita-cita perjuangan    mahasiswa,    dan    semangat perjuangan  merujuk  pada  Tabel  Analisis Simbol   2.   Dalam   lirik   :   Buruh,   tani, mahasiswa,    kaum    miskin    kota,Bersatu padu   rebut   demokrasi,   Gegap   gempita dalam  satu  suara,  Demi  tugas  suci  yang mulia,  Hari-hari esok  adalah  milik  kita, Terbebasnya massa rakyat pekerja, Terciptanya tatanan masyarakat, Demokrasi   sepenuhnya,   Marilah   kawan mari    kita    kabarkan,    Di    tangan    kita tergenggam  arah  bangsa,  Marilah  kawan mari  kita  nyanyikan,  Sebuah  lagu  tentang pembebasan.

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


11. Analisis Hukum Dalam Cerpen Hakim Sarmin Karya Agus Noor

Link: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPBS/article/view/20428

Objek: Cerpen

Teori/Pendekatan: kualitatif

Analisis: Rancangan penelitian yangdigunakan   dalam   penelitian   ini   adalahrancangan   deskriptif   kualitatif.Wendra(2017) menyatakan bahwa subjekpenelitian  adalah  sumber  data  di  manadata penelitian diperoleh.Subjekpenelitian ini adalah cerpenHakim Sarminkarya    Agus    Noor,    sedangkan    objekpenelitian  ini  adalah  representasi  hukumyang terdapat dalam dalam cerpenHakimSarminkarya   Agus   Noor   yang   dikajidengan   Teori   Konflik   Sosial   Lewis   A.Coser  serta  relevansi  fenomena  hukumdalam  cerpenHakim  Sarminkarya  AgusNoor  dalam  pembelajaran  tekscerpendiSMA.   Metode   pengumpulan   data   yangdigunakan   dalam   penelitian   ini   adalahmetode    dokumentasi.    Dokumen    yangdimaksud  adalah  berita-berita  dari  mediamassa sebagai data untukmendeskripsikan gambaran konflik hukumdi  Indonesia,  cerpenHakim  SarminkaryaAgus    Noor    untuk    merepresentasikanhukum  dalamcerpen  terebut,  dan  silabusuntuk mengetahui kesesuaian ataurelevansi  fenomena  hukum  dalamcerpentersebut  dalam  pembelajaran  teks  cerpendi SMA. Sejalan dengan metodepengumpulan  data  yang  digunakan,  yaitumetode dokumentasi, maka dalampenelitian ini digunakan instrumenpenelitian    berupa    kartu    data.    Dalammenganalisis data yang sudahdikumpulkan, peneliti menggunakanmetode analisis deskriptif kualitatif,sehingga langkah-langkah yang dilakukandalam  tahap  ini,  yakni  reduksi  data  (datareduction),  penyajian  data  (data  display),dan     penarikan     simpulan     (conclusiondrawing/verification)

Kesimpulan: Berdasarkan  hasil  penelitian  danpembahasan  yang  telah  dipaparkan  padabab    sebelumnya,    adapun    hal    yangmenjadi   simpulan   dalam   penelitian   ini,sebagai berikut.Pertama, berita-berita terkaitkonflik hukum di Indonesiamenggambarkan    adanya    ketidakadilanhukum     di     Indonesia.     Hal     tersebuttercermin    melalui    putusanpengadilanyang     berat     sebelah.     Konflik     yangtercermin   dalam   berita   tersebut,   yaitukonflik   realistis   dan   konflik   nonrealistis.Terdapat  empat  data  konflik  realistis  dansatu   konflik   nonrealistis.   Hal   tersebutmenunjukkan     adanya     kecenderungankonflik  realistis  lebih  sering  terjadi  dalamkonflik hukum di Indonesia.Kedua,cerpenHakim    Sarminkarya    Agus    Noormerepresentasikanketidakadilan    hukum    yangterjadi    diIndonesia.  Terdapat    tujuhdata  konfliksosial  Lewis  A.  Coserdengan rincian  duadata  konflik  realistis  dan  limadata  konfliknonrealistis. Terlihat bahwa konfliknonrealistis     cenderung     lebih     banyakmenggambarkan  konflik  di  dalam  cerpen.Cerpentersebutmerefleksikan   pristiwa-peristiwa  hukum  yang  terjadi  di  Indonesiayang   tercermin   dari   adanya   kesamaanperistiwa   hukum   dalam   cerpen   dengankenyataan    yang    terjadi    di    Indonesia.Ketidakadilan    petugas-petugas    hukumdalam  menangani  kasus  yang  diceritakandalamcerpen  tersebut  juga  terjadi  dalamkehidupan nyata.Ketiga,fenomena   hukum   dalamcerpenHakim  Sarminkarya  Agus  Noorrelevan   digunakan   sebagai   bahan   ajarteks  cerpen  untuk  siswa  kelas  XI  SMA,karena   memenuhi   tiga   kriteria   aspekpemilihan  bahan  ajar  sastra,  yaitu  aspekbahasa,   psikologi,   dan   latar   belakangbudaya.Terdapat   limadata   dari   segikonflik   sosial   Lewis   A.Coser,   denganrincian  yaitu  tigadata  konflik  realistis  danduadata     konflik     nonrealistis     yangdigolongkan     ke     dalam     tiga     aspekpemilihan bahan ajar sastra.Dari  analisis  Konflik  Sosial  LewisA.   Coser,   ternyata   konflik   yang   terjadidapat    bersifat    positif.    Konflik    dapatmemiliki  fungsi,  baik  pada  konflik  yangterjadi  dalam  kehidupan  nyata  maupundalam  cerpen.  Konflik-konflik  yang  terjadipada    akhirnya    dapat    menyelesaikanketegangan   dan  mempertahankan   nilai-

Sedangkan  Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


12. Analisis Psikologis Dalam Seni

Link: https://e-journal.umaha.ac.id/index.php/deskovi/article/view/521

Objek: Karya Seni Rupa

Teori/Pendekatan: kualitatif

Analisis: Dalam sebuah penelitian analisis sangat
diperlukan karena analisis data adalah cara untuk
mengolah data yang telah terkumpul agar mendapatkan
hasil, temuan dan kesimpulan dari suatu penelitian
yang telah dilakukan. Guna mengungkap data tersebut,
peneliti melakukan langkah analisis secara deskriptif
melalui beberapa tahapan, yaitu: 1) Mengidentifikasi
data yang terkumpul baik teks maupun bentuk visual,
yang diperoleh melalui observasi, wawancara
dokumentasi dan studi literatur, 2) membaca,
mempelajari dan menelaah keseluruhan data yang
terkumpul, baik data yang tertulis maupun visual dan
mengklasifikasikannya sesuai jenis dan sifat data, 3)
Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan
yaitu membuat rangkuman inti, proses dan pernyataanpernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di
dalamnya, membuat memo dan diagram sebagai proses
pemusatan perhataian pada penyedarhanaan data kasar
yang muncul. Dari catatan lapangan dan transkripsi
wawancara tersebut dilanjutkan dengan cara
pengkodean secara menyeluruh, 4)Menyusun dan
mengkategorisasikan data berdasar pada masingmasing kategori permasalahan penelitian, dalam
pengkodean tahap kedua, 5)mengadakan pemeriksaan
data untuk menetapkan keaabsahan data sesuai dengan
teori yang telah ditetapkan sebelumnya, baik secara
tekstual maupun konstekstual, dan, 6) melakukan
penafsiran (menginterpretasikan) data yang telah
terseleksi dirangkai menjadi satu kesatuan analisis yang
utuh untuk mencari makna yang lebih luas (holistik)
dengan penulisan temuan berdasarkan pemikiran

Kesimpulan: Penulisan kajian karya seni rupa dari perspektif psikologis katarsis mengantarkan apresiator pada suasana mental (mood) yang melatar belakangi proses kekaryaannya. Perspektif akan lebih obyektif karena seniman sebagai kreator berbanding lurus dengan karya yang disajikan. Elemen visual yang dipilih dan disajikan seniman tidak tersusun begitu saja, namun berdasarkan kemampuan kreatif menyusun citra visual yang berangkat dari aspek pengalaman yaitu berupa rasa khawatir/kegelisahan serta ketakutan yang mendasarinya dalam berkarya. Karya seni merupakan representasi dari dunia psikis seniman sebagai kreator. Pendekatan psikologis dalam berkarya dengan dipadukan kemampuan akademik dari aspek keilmuan seni rupa setidaknya mampu memperkaya keilmuan dalam keberagaman seni rupa.

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


13. Analisis Puisi Hujan Bulan Juni

Link: https://iainambon.ac.id/ojs/ojs-2/index.php/lingue/article/view/1827

Objek; Karya Pak Sapardi Djoko Damono

Teori/Pendekatan: ekokritik Greg Garrard.

Analisis: Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif. Jufri (2007:12)
menyatakan bahwa karakteristik
penelitian kualitatif yaitu: (1)
mempunyai latar yang alami sebagai
data langsung, (2) bersifat deskriptif,
(3) lebih menekankan proses daripada hasil, (4) cenderung menganalisis data
secara induktif, dan (5) makna
merupakan hal yang esensial. Objek
kajian ini berupa teks puisi dalam hal
ini puisi dengan judul “”Hujan Bulan
Juni karya Sapardi djoko Damono.
Tekiik pngumpulan data dalam
penelitian ini melipti teknik
dokumentasi, teknik baca dan teknik
catat. Untuk menganalisis data
digunakan teknik analisis deskriptif
dengan menggunakan model analisis
interaktif. Data yang diperoleh
dianalisis dengan mengunakan teori
Greg Garrard (2004) Kegiatan analisis
dalam penelitian ini dilakukan dengan
tiga tahapan yaitu, a) reduksi data, b)
penyajian data, dan c)

Kesimpulan: Dalam pembahasan ini penulis akan menganlisis puisi Hujan Bulan Juni dengan mengunakan teori Greg Garrard. Menurut Greg Garrard (2004:20). Ekokritisisme dibatasi sebagai studi tentang hubungan antara karya sastra dan lingkungan fisik. (Glotfelty, dalam Greg Garrard (2004) Urgensi ekokritisisme dapat secara nyata disampaikan dengan menggunakan sejumlah pertanyaan seperti : Bagaimana alam direpresentasikan dalam puisi?  Peranan apa yang dapat dimainkan oleh latar fisik (lingkungan) dalam alur karya sastra. Apakah nilai-nilai yang diungkapkan dalam sebuah puisi, novel atau drama itu konsisten dengan kearifan ekologis (ecological wisdom)? Bagaimana metafor-metafor tentang daratan (bumi) mempengaruhi cara kita memperlakukannya? Bagaimana kita dapat
mengkarakterisasikan tulisan tentang alam sebagai suatu genre (sastra) Analisis Puisi dengan Pendekatan Ekokritik Greg Garrard (2004)

Sedangkan:  Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


14.  Analisis Feminisme dalam Film Enola Holmes

Link: http://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/4007

Objek: Film Enola Holmes

Teori/Pendekatan:  deskriptif dengan metode kualitatif 

Analisis: Film adalah media massa yang populer dan sering digunakan oleh
masyarakat selain televisi, sehingga film telah menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari. Cerita dalam sebuah film dikemas sedemikian rupa agar pesan yang
dibawa dapat tersampaikan kepada penonton. Pesan-pesan atau nilai-nilai yang
terkandung dalam film dapat mempengaruhi penonton baik secara kognitif, afektif
maupun konatif. Graeme Turner (dalam Sobur, 2013:127) menolak untuk melihat
film sebagai refleksi masyarakat. Bagi Turner makna film sebagai representasi
dari realitas masyarakat berbeda dengan film sekadar sebagai refleksi dari realitas.
Sebagai refleksi dari realitas, film sekadar memindahkan realitas ke layar tanpa
mengubah realitas itu. Sementara itu, sebagai representasi dari realitas, film
membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensikonvensi dan ideologi dari kebudayaan

Kesimpulan: Berdasarkan analisis data yang dilakukan dan temuan data penelitian dapat
disimpulkan bahwa dalam Film Enola Holmes karya sutradara Harry Bradbeer
secara umum ditemukan pemaparan representasi feminisme. Representasi
feminisme dalam analisis semiotika dibagi menjadi dua fokus penelitian, yaitu (1)
repserentasi pemaknaan level realitas dalam Film Enola Holmes, dan (2)
representasi pemaknaan level ideologi dalam Film Enola Holmes.

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


15. Analisis Nilai Nilai Karakter Dalam Novel

Link: http://journal3.um.ac.id/index.php/fs/article/view/2395

Objek:  novel Si Jamin dan Si Johan

Teori/Pendekatan: World Health Organization

Analisis: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menerapkan metode analisis isi oleh  Krippendorff.  Metode  analisis  isi  digunakan  untuk  menganalisis  karya  sastra  meliputi  nilai-nilai  karakter  apa  saja  yang  terdapat  dalam  novel  Si  Jamin  dan  Si  Johan  karya  Merari  Siregar.Secara sederhana, analisis isi memandang data sebagai representasi dan bukan bagian dari  peristiwa  fisik,  melainkan  teks,  gambar,  dan  ekspresi  yang  dibuat  untuk  dilihat,  dibaca,  ditafsirkan,  dan  ditindaklanjuti  maknanya  (Krippendorff,  2004).  Oleh  karena  itu,  data  yang  telah didapatkan harus dianalisis dengan mempertimbangkan kegunaannya.

Kesimpulan: Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam novel Si Jamin dan Si Johan   karya   Merari   Siregar   ditemukan   enam   dari   tujuh   karakter   inti   (core   characters) pendidikan  karakter  milik  Thomas  Lickona,  di  antaranya  karakter kejujuran  (honesty),  belas  kasih  (compassion),  kegagahberanian  (courage),  kasih  sayang  (kindness),  kontrol  diri  (self-control),  kerja  sama  (cooperation),  dan  kerja  keras  (deligence  or  hard  work).  Karakter  yang  tidak  nampak  dalam  keseluruhan  cerita  adalah  karakter  kerja  sama  (cooperation).  Penulis  cerita  menggambarkan  nilai-nilai  karakter  tersebut  melalui  narasi,  deskripsi,  maupun  dialog  (dapat berasal dari sudut pandang pengarang maupun dari antartokoh). Selain itu, ditemukan adanya relevansi terkait kandungan novel Si Jamin dan Si Johan dengan proses pembelajaran Bahasa   Indonesia   kelas   XI   pada   kompetensi   dasar   3.11   dan   4.11   dengan   pelaksanaan   pendidikan karakter di SMA. Novel Si Jamin dan Si Johan mampu digunakan sebagai bahan atau media  ajar  ketika  melaksanakan  pembelajaran,  sebab  sejalan  dengan  KD  yang  membahas  mengenai pesan dalam buku fiksi (novel). Tidak sebatas itu, novel Si  Jamin  dan  Si  Johan juga telah    memuat    pendidikan    karakter    di    dalam    ceritanya.    Oleh    karena    itu,    melalui    pengimplementasian   pendidikan   karakter   pada   pembelajaran   mata   pelajaran   Bahasa   Indonesia kelas XI jenjang SMA, pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan efesien.


Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


16. Analisis Sinematik Modern

Link: http://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/jentera/article/view/1192

Objek: Karya Sujiwo Tejo

Teori/Pendekatan: representasi dengan pendekatan antropologi sastra.

Analisis: Unsur   kebudayaan   merupakan   bagiandari   suatu   kebudayaan   yang   dapat digunakansebagai  analisis.  Menurut (Koentjaraningrat,  2015:  156)kebudayaan terbagi  ke  dalam  tujuh  unsur,  yakni  bahasa,  sistem  pengetahuan,organisasi  so-sial,  sistem  peralatanhidup  danteknologi,  sistem  mata  pencaharian  hidup,  sis-tem religi, dan kesenian. Dalam penelitian yang berjudul  Representasi Pewayang-an Modern pada novel Rahvayana Aku Lala Padamukarya Sujiwo Tejo terdiri atas dua hal yaitu, 1) Pandangan dunia: representasi pewayangan modern (struktur dialogis) dan kelompok sosial dalam novel Rahvayana Aku Lala Padamukarya Sujiwo Tejo. 2) unsur kebudayaan secara umum: sistem kemasyarakatan, sistem bahasa dan sastra, dan sistem pengetahuan

Kesimpulan: Dalam  menciptakan  sebuah  karya,  khususnya  karya  sastra  dalam  pembahasan  pada penelitian ini terungkap bahwa, pengarang secara tidak langsung dapat mengangkat pem-bahasan di dalam karyanya dengan melihat dunia dan unsur budaya.  Pada penelitian ini, pandangan   dunia   ditandai   dengan   berkembangnya   teknologi   yang   berinovasi   dan berkembang, alat komunikasi yang canggih, dan media komunikasi yang beragam. Suatu  bentuk  representasikan  pengarang  melalui  cerita  pewayangan.  Pada  pandangan  dunia terbagi  atas  struktur  dialogis  dan  kelompok  sosial.  struktur  dialogis  ditunjukan  dengan komunikasi  yang komunikatif antara Rama dan Sinta. Kelompok sosial  yang  ditunjukan pada tingkah laku tokoh dalam cerita. Selanjutnya  terdapat  unsur  kebudayaan  secara  umum  yang  meliputi  sistem  ke-masyarakatan, yang terlihat pada penggalan cerita yang memiliki keadaan estetis. Sistem bahasa dan sastra, terlihat melalui interaksi antara Rama dan Sinta yang bercerita tentang Tristan  dan  Isolde.  Sistem pengetahuan,  diungkap  ketika  Rama  dan  Sinta  bercerita  ten-tang  Black  Swan,  sebenarnya  pada  masa  pewayangan  belum  ada  cerita  tersebut,  hal  ini merupakan bentuk improvisasi dan konstruksi pengarang terhadap karyanya

Sedangkan: Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


17. Analisis Dua Anak Kecil Digerobak

Link: https://mail.journal.moestopo.ac.id/index.php/Humaniora/article/view/1559

Objek: Karya Dayat Sutisno

Teori/Pendekatan: semiotika Charles Sanders Pierce

Analisis: Karya fotografi Dayat Sutisno
mengandung pesan serta makna yang
berhubungan dengan stratifikasi sosial dan
sisi humanisme. Tidak mudah memaknai
sebuah pesan secara langsung setelah
melihat lebih dalam dari hasil foto-foto
Dayat Sutisno karena yang ditonjolkan
adalah konsep human Interest yang
berfokus pada anak-anak kecil yang ia
jadikan sebagai objek dalam fotografi.
Genre foto human interst yang dikemas
kedalam bentuk humanis atau humanisme
yang terbentuk dalam foto dengan objek
anak-anak kecil sebagai tanda sebuah
golongan sosial di masyarakat, seperti
masyarakat kelas bawah, kelas menengah,
dan kelas atas atau golongan masyarakat
ekonomi besar/kaya (lower class, middle
class, dan upper class).
Menurut kajian semiotika yang
terkandung didalamnya berupa tanda-tanda,
kajian semiotika Charles Sanders Pierce
terdapat tanda yang ada pada foto anakanak kecil dalam objek foto, properti dari
foto, dan warna pada foto hasil karya Dayat
Sutisno.
Pada semiotika Charles Sanders Pierce
berdasarkan objeknya membagi tanda atas
icon, index, dan symbol. Icon merupakan
tanda yang berhubungan antarapenanda dan
petandanya bersifat bersamaan bentuk
alamiah, atau dengan kata lain icon adalah
hubungan antara tanda dengan objek atau acuan yang bersifat kemiripan 

Kesimpulan: Foto anak-anak hasil karya Dayat Sutisno memiliki genre human interest dan juga sebagai suatu pesan yang bermakna untuk mengkrtik masyarakat dalam melihat realitas sosial, yang dimana bisa mengubah tindakan dan perilaku manusia agar lebih peka terhadap sesamanya. Foto anak-anak yang bergenre human interest yang ada di sosial media sebagai makna pesan untuk mengetahui respon publik yang ada disosial media.

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


18. Analisis Sistem Pernikahan Budaya Jogja

Link: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/14768

Teori Pendekatan: representasi pernikahan dalam ritualisme adat Jawa

Analisis: enelitian   ini   termasuk   dalam   kategori penelitian    sastra.    Oleh    karena    itu,    dalam penelitian  ini  digunakan  salah  satu pendekatan dalam  membedah  sebuah  karya  sastra  dengan pendekatan sosiologi sastra dan  metode metode heuristik   dan   hermeneutik.   Metode   heuristik  merupakan   cara   kerja   yang   dilakukan   oleh pembaca dengan menginterpretasikan teks sastra secara  referensial  lewat  tanda-tanda  linguistik. Metode   heuristik   menghasilkan   pemahaman makna secara harfiah, makna tersurat, dan actual meaning (Nurgiyantoro,2007).Metode heuristik berguna   untuk   memilih   data   fisik   yang   baik sehubungan  dengan  faktor  kebahasaan  maupun aspek    pembentuk    karya    sastra.    Sedangkan metode hermeneutik lebih fokus terhadap makna yang timbul pada karya sastra.Lebih   lanjut   penelitian   yang   berjudul Representasi  Sistem  Pernikahan  Budaya  Jawa dalam   novel Perempuan   Jogjakarya   Achmad Munif   akan   menggunakan   desain   penelitian dengan teori representasi. Representasi merekonstruksi serta menampilkan berbagai faka sebuah  objek  sehingga  eksplorasi  makna  dapat dilakukan  dengan  maksimal  (Ratna,2003).  Jika dikaitan dengan bidang sastra, maka representasi dalam  karya  sastra  merupakan  penggambaran karya  sastra  terhadap  suatu  fenomena  sosial.

Kesimpulan: Simpulanhasil  penelitian  terhadap  novel RTJ karya Asma Nadia ada dua hal.Pertama,  struktur teks  novel Perempuan Jogjameliputi; (a)  tema  yaitu  ketegaran  seorang perempuan, (b) tokoh dan penokohan, Rumanti memiliki    sifat    rajin,    cekatan,    setia,    patuh, keibuan, dan bijaksana; RM Danudirjo memiliki sifat  egois,  dan  tidak  setia;  RA    Indri  memiliki sifat  berani  melawan,  peduli  sesama,  tidak  suka mencampuri   urusan   orang   lain   namun   juga pemarah,    dan    kurang    bijaksana;    Ramadan memiliki sifat tahu diri dan pekerja keras; (c)alur dalam  novel  Perempuan  Jogja  yaitu  alur  maju; (d)  latar  tempat  berada  di  Bantaran  kali  Code, Sanggar RM Sudarsono,Rumah RM Sudarsono, Pendopo pantai Paragkusumo, Pendopo ndalem Sudarsono,   Rumah   RM   Sudarsono,   Badara Adisucipto, dan restoran. Latar waktu yaitu pagi, sore,  dan  juga  malam  hari.  Latar  suasana  yang muncul  yaitu  sedih,  marah,  tegang,  dan  emosi. Latar   sosial   yang   ada   yaitu   latar   budaya masyarakat     miskin    dan    kehidupan    sosial masyarakat   kaya. (e)   sudut   pandang   yang digunakan yaitu orang ketiga serbatahu. Kedua,   representasi   sistem   pernikahan budaya    Jawa    yang    terdapat    dalam    novel Perempuan  Jogjayaitu  representasi  masyarakat Jawa     yang     masih     mengenal     perjodohan, representasi  kehidupan  pernikahan  masyarakat Jawa, representasi  pernikahan  antarkelas  sosial, dan  representasi  pernikahan  dalam  ritualisme adat  Jawa.  Perjodohan  terjadi  antara  Rumanti dan  Danu  yang  merupakan  dua  berlainan  jenis yang berbeda kelas sosial. Perjalanan kehidupan pernikahan   Danu   dan   Rumanti   pun   sesuai dengan  kodrat  istri,  bahwa  seorang  istri  harussetia,  patuh  dan  tunduk  kepada  suami.  Novel Perempuan  Jogja    juga  menampilkan  adanya pelaksanaan  pernikahan  yang  masih  mengikuti ritual  Jawa  dengan  adaya  pakaian  kebaya  yang dikenakan   dan   juga   gending   kebogiro   yang dikumandangkan  selama  upacara  perniakahan dilakukan

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


19. Analisis Ketakutan Dalam Foto Jenazah

Link: https://journal.untar.ac.id/index.php/koneksi/article/view/10672

Objek: Karya Jhosua Irwandi

Teori/Pendekatan: representasi, semiotika Ferdinand de Saussure

Analisis: Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, bertujuan supaya dapat menentukan, memahami, menjelaskan dan memberi gambaran yang lebih jelas.Metodologi  kualitatif  adalah  prosedur  penelitian  yang  menghasilkan  data  deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapatdiamati(Hasnunidah, 2017). Menurut  Arikunto  (2010),  metode  penelitian  kualitatif  adalah metode  penelitian  yang  studi  kasusnya  mengarah  pada  pendeskripsian  secara  rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya.Teknik  analisis  data  yang  digunakan  adalah  metode  semiotik  Saussure  yang fokus  terhadap  tanda. Saussure  menggambarkan  tanda  sebagai  struktur  biner,  yaitu struktur  yang  terdiri  dari  dua  bagian:  pertama,  bagian  fisik,  yang  disebut  sebagai

Kesimpulan: Makna  yang  ada  dalam  foto jenazah  Covid-19  karya  Joshua  Irwandi, dan hasil analisis  secara  semiotikaFerdinand  de  Saussureterdapatadanyasebuah kesedihan,   ketakutan   yang   mendalam,keterbatasan   gerak,   nafas   hingga   sudut pandang. Ditilikdariwarnalatar  tempat  foto  yaitu warna  coklat  keemasan  ke  biru  tua yang  merupakan  warna  tanah  dan  secara  psikologi  artinya  kembali  ke  asalnya kembali ke tanah. Warna biru melambangakan ketenangan, dingin, dan gelap. Betapa kengerian  hingga  dinginnya  suasana  ruang ini  berdasarkan  gradasi  warna  yang muncul  dari  foto  tersebut  dan  adanya  sebuah  harapan  besar  untuk  kehidupan  baru dikemudian hari yang terlihat dari satu pusat cahaya lampu dalam foto.Representasi  ketakutan  dalam  foto  jenazah  Covid-19  karya  Joshua  Irwandi dapat  dirasakan  oleh  masyarakat,  ini  terbukti  dari  pernyataan  yang  di  berikan  oleh narasumber  pada  sesi  wawancara.  Ketakutan  itu  menimbulkan  dampak  “ngeri” setelah melihat foto tersebut.Dari  uraian di atas dapat disimpulkan bahwa foto karya Joshua Irwandi ini memiliki penanda dan pertanda. Artinya karya ini dapat dijadikan sebagai media komunikasi sebagai informasi kepada masyarakat.Foto dapat menjadi alat  komunikasi  untuk  menyapaikan  apa  yang  sedang  terjadi  saat  ini  ataupun  saat yang lalu. Foto dapatmenjadi sebuah penghubung antar dunia yang dapat dijangkau oleh  orang  kebanyakan  dan  dunia  yang  hanya  sedikit  orang  tahu.Dari  foto  jenazah Covid-19  karya  Joshua  Irwandi  ketakutan  jelas  tersampaikan  kepada  orang  yang melihat foto tersebut

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


20. Analisis MONSTROSITAS PEREMPUAN DALAM KUMPULAN CERPEN SIHIR PEREMPUAN KARYA INTAN PARAMADITHA

Link: https://ocs.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/article/view/7759

Objek: Cerpen Sihir 

Teori/Pendekatan: monstrous feminine Barbara Creed

Analisis: Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan pendekatan deskriptif
kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik baca dan teknik
catat. Analisis data menggunakan teori fakta cerita dan monstrous feminine untuk
memperoleh gambaran mengenai representasi monstrositas perempuan. Teknik analisis data
yang digunakan yaitu dengan tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan karakteristik sastra anak dalam kumpulan
cerpen Sihir Perempuan karya Intan Paramaditha, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut. Pertama, fakta cerita yang digunakan adalah tokoh dan penokohan, alur, dan latar.
Dari unsur tersebut ditemukan beberapa penyimpangan sifat yang berbeda dari sifat umum
manusia. Sifat yang tergambar merujuk kepada monster. Kedua, terdapat gambaran
monstrositas perempuan berupa hantu perempuan, vampir perempuan, dukun perempuan,
perempuan kerasukan, dan perempuan pengastrasi. Ketiga, bentuk monstrositas perempuan
yang terdapat dalam cerpen digambarkan dengan bentuk sesunggunya dan dalam bentuk
simbolis. Kedua bentuk tersebut tergambar dalam narasi ataupun dialog antar tokoh. Dan
keempat, makna yang tergambar dari semua bentuk mosntrositas yang telah di dapat
merupakan bentuk perlawanan perempuan terhadap dominasi laki-laki atau atau ideologi
patriarki. Hal ini dapat diartikan bahwa perempuan menginginkan kesetaraan yang sama
dengan laki-laki

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


21. Analisis Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 

Linkhttps://jurnal.unej.ac.id/index.php/prosiding/article/view/19981

Objek: KARYA IHSAN ABDUL QUDDUS

Teori/Pendekatan: representasi.

Analisis: Metode  yang  digunakandalam  menganalisis  novel  ini  adalah  metode  kualitatif deskriptif   yang   meliputi   analisis   struktural,   analisis   psikologi   kepribadian   dan representasi.  Penelitian  kualitatif  adalah  penelitian  yang  bermaksud  untuk  memahami fenomena  yang  dialami  oleh  subjek  penelitian  misalnya  perilaku,  persepsi,  motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

Kesimpulan: Hasil  analisis  representasi  tersebut,  Ihsan  Abdul  Quddus  menyajikan  peristiwa-peristiwa   di   kehidupan   nyata   melalui   bentuk   visual   karya   sastra   berupa   novel. Diantaranya  adalah  pemikiran  perempuan  dalam  memperjuangkan  haknya  di  bidang akademisi sekaligus  melawan stereotipe  janda di  masyarakat. Pada bagian pembahasan ini  terlihat  bahwa  ideologi  pengarang  mengenai  pentingnya  pendidikan  bagi  seorang perempuan  untuk  mewujudkan  mimpinya.  Meskipun  kesuksesan  pada  karier  belum mampu  menyukseskan  rumah  tangga  seseorang,  pengarang  tetap  bertahan  dengan pemikirannya  menggunakan  sudut  pandang  seorang  janda  yang  merdeka  dan  mampu bertahan  secara  mandiri  (independen).  Pengarang  membuktikan  bahwa  seorang  janda memiliki  hak untuk membebaskan diri  menentukan keberlangsungan  hidupnya di  masa depan.  Berpikir  optimis  dan  memanfaatkan  waktu  luang  sebaik  mungkin  menjadi  hal baik untuk dilakukan. Dalam  hal  ini, pemikiran Suad dapat dijadikan  landasan  berpikir perempuan  janda  di  dunia  nyata  agar  mendapatkan  atmosfer  semangat  baru  dan  cara terbaik menyikapi stigma perempuan janda di masyarakat.

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


22. Analisis PERJUANGAN PEREMPUAN REVOLUSI PADA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LARASATI
Link: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/widyabastra/article/view/11664

Objek: KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

Teori/Pendekatan: struktural

Analisis: Metode yang digunakan dalam penelitian “Representasi Perjuangan Perempuan Revolusi Pada Tokoh Utama Dalam Novel Larasati karya Pramoedya Ananta Toer” ini menggunakan metode analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis). Metode ini digunakan untuk melihat sebuah makna yang dikandung dalam sebuah karya sastra, serta bagaimana kaitannya dengan konteks sosio-kultural karya sastra itu dibuat. Penggunaan metode ini berfokus pada bahasa dan wacana. Menurut Yoce (2009) Wacana adalah pembahasan bahasa serta uturan yang harus ada dalam suatu rangkaian kesatuan situasi atau dengan

kata lain, makna dari suatu bahasa berada
didalam rangkaian konteks dan situasi.
Ketika membuat suatu karya sastra,
Sastraan akan merekam dan merespon,
mengkritik, atau menggambaran situasi
sosial masyarakat yang mencakup pilihan
bahasa, dari kata hingga sampai ke
paragraf. Hasil inilah yang disebut
“Wacana” atau realitas yang berupa tulisan
(Sapardi, 2011). Metode penelitian ini
tidak hanya semata-mata mendeskripsikan,
tetetapi yang lebih penting dan utama
adalah menemukan makna yang ada dan
terkandung didalamnya, sebagai sebuah
makna yang tersembunyi. Nantinya hasil
yang akan dipaparkan bukan kedalam
bentuk angka melainkan kedalam sebuah
bentuk deskripsi dan tulisan (Ratna,
2010:94).
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan pendeketan
hermeneutika. Menurut Heidegger dalam
Eagleton (2006), kata hermeneutika adalah
ilmu atau seni penafsiran. Pendekatan
hermeneutika ini membantu untuk
memahami makna apa yang terkandung di
dalam sebuah novel. Sederhananya
hermeneutika berarti tafsir. Suwardi
(2011) mengatakan hermeneutika adalah
sebuah paradigma yang berusaha
menafsirkan teks atas dasar logika
linguistik. Menurutnya logika akan
membuat sebuah penjelasan teks sastra dan
pemahaman makna dengan menggunakan
“makna kata” yang akan berhubungan
dengan konsep semantic teks sastra serta
“makna bahasa” yang lebih bersifat
kultural. Pendekatan hermeneutika ini
berupaya untuk memahami sebuah
fenomena yang terdapat di dalam sebuah karya sastra secara mendalam
Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis
mengenai Representasi Perjuangan
Perempuan revolusi pada Tokoh Utama
dalam Novel Larasati karya Pramoedya
Ananta Toer dapat disimpulkan bahwa
hasil penelitian ini tentang bagaimana
perjuangan Larasati sebagai tokoh utama
yang berjuang pada zaman revolusi fisik
atau lebih tepatnya perang pasca
kemerdekaan, atau pada dalam buku
sejarah kita biasa mengenalnya dengan
Agresi Militer I pada tahun 1945-1949.
Representasi perjuangan perempuan
revolusi Melalui tokoh Larasati telah
menggambarkan bagaimana perjuangan
perempuan pada masa revolusi, di sini
Larasati sebagai tokoh utama
merepresentasikan dirinya sebagai
perempuan yang yang ikut berjuang
melawan para penjajah demi mendapat
kemerdekaan yang seutuhnya berjuang
lewat beberapa sektor dan bidang, yang
pertama adalah bagaimana Larasati
merepresentasikan perjuangan perempuan
pada masa revolusi ikut berjuang melawan
penjajah melalui jalan kesenian, pun
banyak mendapat pandangan sebelah mata
tetapi perjuangan Larasati melalui jalan
kesenian ini ikut ambil andil di dalam
perjuangan revolusi. Kedua, tokoh
Larasati merepresentasikan bagaimana
perjuangan perempuan pada saat itu
berjuang melawan penjajah melalui
perang, walaupun bukan ahli strategi atau
ahli taktik perang tetapi ikut serta nya
tokoh Larasati dalam perang gerilya untuk
melumpuhkan tentara NICA adalah salah
satu bukti penggambaran bahwa
perempuan pada masa itu juga dapat ikut
berperang walaupun harus dengan
mengangkat senjata. Ketiga, Larasati

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,

23. Analisis Novel Dilanku
Link: http://www.e-jurnalmitramanajemen.com/index.php/jmm/article/view/576

Objek: Karya Pidi Baiq 

Teori/Pendekatan: representasi feminis 

Analisis: Analisis  data  dilakukan  dengan  mengorganisasikan  data,  menjabarkannya  ke dalam  unit-unit,melakukan  sintesa,  menyusun  ke  dalam  pola,  memilih  mana  yang penting  dan  yang  akan  dipelajari,  dan  membuat  kesimpulan  yang  dapat  diceritakan kepada orang lain (Mill Hubarman, 2007:224). Teknik analisis data pada penelitian ini penulis menggunakan tiga prosedur perolehan data.1. Reduksi DataReduksi data adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan terhadap data yang dianggap kurang perlu dan tidak relevan, maupun penambahan data yang dirasa  masih  kurang.  Data  yang  diperoleh  di  lapangan  mungkin  jumlahnya  sangat banyak.    Reduksi    data    berarti    merangkum,    memilih    hal-hal    yang    pokok, memfokuskan   pada   hal-hal   yang   penting,   dicari   tema   dan   polanya.Dengan demikian  data  yang  akan  direduksi  memberikan  gambaran  yang  lebih  jelas,  dan mempermudah   peneliti   untuk   melakukan   pengumpulan   data   selanjutnya,   dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2007:247).Dalam  proses  reduksi  data  peneliti  telah  mengurangi data  yang  tidak  di butuhkan dan menambahkan data-data yang perlu untuk melengkapi data yang ada atau yang di rasa cocok untuk ditambahkan. 2. Penyajian DataDengan   mendisplay   atau   menyajikan   data   akan   memudahkan   untuk memahami apa yang terjadi selama penelitian berlangsung. Setelah itu perlu adanya perencanaan kerja berdasarkan apa yang telah dipahami. Penyajian data merupakan proses    pengumpulan    informasi    yang    disusun    berdasarkan    kategori    atau pengelompokan-pengelompokan yang diperlukan.  Mill dan Huberman dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam  bentuk  uraian  singkat,  bagan,  hubungan  antar  kategori, flowchart dan sejenisnya. Ia mengatakan “yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam  penelitian  kualitatif  adalah  dengan  teks yang sbersifat naratif” (Sugiyono, 2007:249). Dalam   hal   penyajian   data   peneliti   telah   mengumpulkan   data   serta mengelompokannya  sesuai  dengan  kategorinya  masing-masing.  Setelah  dilakukan pengelompokan peneliti melakukan perencaan kerja dengan data-datayang telah di temukan. 2Verifikasi Data Langkah terakhir dalam teknik analisis data adalah verifikasi data. Verifikasi data dilakukan apabila kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara, dan   akan   ada   perubahan-perubahan   bila   tidak   dibarengi   dengan   bukti-bukti pendukung yang  kuat  untuk  mendukung  pada  tahap  pengumpulan  data  berikutnya. Bila  kesimpulan  yag  dikemukan  pada  tahap  awal,  didukung  dengan  bukti-bukti yang  valid dan konsisten saat peneliti mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukan  merupakan  kesimpulan  yang kredibel  atau  dapat  dipercaya  (Sugiyono, 2007:252).Peneliti  melakukan  verivikasi  data  sesuai  dengan  data-data  yang  ditemukan dan data tersebut bersifat sementara. Data yang telah dikelompokan dan disesuaikan oleh  bukti  yang  valid  agar  data  tersebut,  dapatmenjadi  bukti  yang  kuat  untuk  di kemukakan.

Kesimpulan: Feminisme  menggalikan  keseluruhan  aspek  mengenai  perempuan,  menelusuri aspek-aspek kesejarahannya, klasifikasi, periodisasi, kaitannya dengan teori-teori yang lain,  sekaligus  menyususn  ke  dalam  suatu  kerangka-kerangka  konseptual.  Feminis merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan postmodernisme dan postrukturalisme. Pada   tataran   ini   feminisme   sudah   menjadi   postfeminisme   sekaligus   mengadopsi konsep-konsep  penting  postrukturalisme  yang  dianggap  sesuai  untuk  menyelesaikan masalah-masalah   perempuan.   Novel   merupakan   karya sastra   yang   paling   baru dibandingkan  puisi,  drama,  dan  lainnya.  Dalam Kamus  American  College,  noveldiartikan   sebagai   suatu   cerita   prosa   yang   fiktif   dalam   panjang   tertentu,   yang melukiskan  para  tokoh,  gerak  serta  adegan  kehidupan  nyata  yang  representatif  dala

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


24. Analisis SEMIOTIKA JOHN FISKE MENGENAI REPRESENTASI PELECEHAN SEKSUAL

Link: https://www.journal.moestopo.ac.id/index.php/pustakom/article/view/1963

Objek: Film Penyalin Cahaya

Teori/Pendekatan: analisis

Analisis: pendekatan untuk mengatasi masalah
penelitian. Penelitian ini akan
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
datanya didapatkan dalam bentuk tulisan
atau kata-kata, hasil pengamatan, atau dari
gambar (Neuman, 2014). Hasil penelitian
ini bisa mencakup suara dari partisipan,
reflesivitas dari peneliti, interpretasi
terhadap masalah penelitian atau kontribusi
pada literature bagi perubahan dan metode
ini diperlukan untuk mengeksplorasi
fenomena dari perspektif yang jauh dan
fenomena itu sendiri dan hal itu merupakan
kunci, ide atau proses yang dipelajari dalam
kualitatif. (Creswell, 2015). Kemudian
paradigm yang digunakan pada penelitian
ini adalah paradigma kritis yang
menekankan pada konstelasi kekuatan yang
terjadi pada saat proses produksi dan
mereproduksi makna (Ardianto & Q-Anees,
2009).
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan semiotika model John Fiske
karena semiotika John Fiske
mengemukakan teori tentang kode-kode
televisi (the codes of television) yang
memiliki tiga level yaitu level realitas, level
representasi, dan level ideologi yang bisa
dipakai untuk menganalisa gambar
bergerak seperti film maupun tayangan
televisi (Vera, 2014). Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan metode
dokumentasi. Dokumentasi sendiri
merupakan hasil dari catatan public atau
pribadi yang didapatkan daru situs atau
peserta dalam penelitian tersebut. Hal itu
bisa mencakup surat kabar, risalah rapat,
jurnal pribadi, dan surat. Pada penelitian ini,
data yang akan dikumpulkan tidaklah terdiri
atas angka. Namun, berupa kata-kata dan
kode. Data yang dikumpulkan oleh peneliti
terdiri data primer, data sekunder,
observasi, dan dokumentasi.
Peneliti akan membagi unit analisis
per adegan yang menampilkan aspek-aspek
pelecehan seksual. Setelah mendapatkan
data, peneliti kemudian menjabarkan
pembahasan secara mendalam dan analisa
mengenai representasi pelecehan seksual
pada film Penyalin Cahaya (Photocopier)
dengan menggunakan teori analisis John
Fiske, dimana peneliti akan menafsirkan
penemuan pada tiga level, yaitu level
realitas, level representasi dan level
ideologi. Untuk memastikan keabsahan
data, peneliti menggunakan metodi
triangulasi sumber, yaitu dengan
membandingkan atau mengecek ulang
kepercayaan suatu informasi yang diperleh
dari sumber yang berbeda-beda. Kemudian,
peneliti akan menyampaikan kesimpulan
yang didapatkan selama melakukan
penelitian dan analisa terhadap film

Kesimpulan: Pelecehan seksual yang digambarkan pada film Penyalin Cahaya (Photocopier) pada karakter Suryani yang berjuang dalam membuktikan bahwa salah satu anggota teater Mata Hari terlibat dalam kasus pelecehan seksual yang membuatnya tak sadarkan diri dan menyebabkan beasiswanya hilang karna swafoto yang terupload di social medianya. Pada film ini Suryani seolah tidak dapat dipercaya oleh orang sekitarnya, hal ini dikarenakan Rama yang merupakan pelaku dikenal merupakan laki-laki yang baik dan terpandang di kampusnya. Berdasarkan Karena eksplorasi dan percakapan penggambaran pelecehan seksual dalam film Penyalin Cahaya (Photocopier), penelitian ini memanfaatkan penyelidikan semiotika John Fiske dengan menyimpulkan bahwa representasi kekerasan seksual pada film ini didapat melalui tiga level sebagaimana yang dikatakan oleh John Fiske yaitu level realitas kekerasan seksual dipengaruhi adanya aspek penampilan, cara berbicara, perilaku, gerak tubuh, ekspresi, dan lingkungan pada baik dari sudut padang korban pelecahan maupun pelaku di film Penyalin Cahaya (Photocopier). Kemudian pada level representasi yang memberikan penilaian pada aspek kamera, pencahayaan, hingga suara dan music sesuai denga napa yang berusaha disampaikan film ini pada

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


25. Analisis TOKOH LISA DALAM NOVEL BUNDA LISA KARYA JOMBANG SANTANI KHAIREN

Link: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/PB/article/view/1535

Objek: Novel Bunda Lisa

Teori Pendekatanstruktural dan kajian psikologi wanita.

Analisis: Analisis   psikologi   wanita   tokoh   Lisahanya   membahas   situas-situasi   yang   terjadidalam diri Lisa saja, baik secara psikis maupunfisik.   Dari   pembahasan   inilah   yang   kemudianakan   ditemukan   psikologi   wanita   tokoh   Lisa.Psikologi   wanita   tersebut   meliputi  perananwanita sebagai isteri, peranan wanita sebagai iburumahtangga,   fungsi   wanita   sebagai   ibu   danpendidik, peranan wanita sebagai mahluk sosialyang berpartisipasi aktif dalam masyarakat.

Kesimpulan: Analisis   struktural   novel  Bunda   Lisakarya Jombang Santani Khairen yang meliputiunsure   tema,   penokohan   dan   perwatakan,   dankonflik dapat disimpulkan sebagai berikut.Berdasarkan   hasil   analisis,   judul   novelBunda   Lisa    karya   Jombang   Santani   Khairenmenujukkan   objek   yang   dikemukakan   dalamsuatu   cerita.  Bunda   Lisa  diambil   dari   objektokoh   yang   bernama   Lisa   dalam   cerita   Lisasebagai pendidik atau kepala sekolah PAUD. DiPAUD   anak-anak   memanggil   guru-gurunyadengan sebutan Bunda, sehingga Lisa dipanggilanak-anak dengan sebutan Bunda Lisa.Tema mayor yang terdapat dalam novelBunda   Lisa  karya   Jombang   Santani   Khairenadalah   adalahseorang   wanita   yang   berjuangsebagai pendidik bagi anak-anak kurang mampu.Tema minor yang terdapat dalam novel ini yaitu,Suami   yang   pengertian   memberikan   dukungandan   bantuan   kepada   istrinya,  Anak-anak   yangbaik   selalu   membahagiakan   orangtuanya,Seorang guru memberikan bantuan tanpa pamrihkepada guru lainnya,Tokoh utama dalam novel ini adalah Lisaatau  Bunda  Lisa  yang  berwatak   datar.  Tokoh-tokoh   bawahan   yang   ada   dalam   novel   ini   diantaranya Suami Bunda Lisa, Jordan dan BundaNiken memiliki watak datar sedangkan Idris danKayla   memiliki   watak   bulat.   Tokoh-tokohbawahan yang terdapat dalam novel ini memilikihubungan yang sangat erat dengan tokoh utama.Keberadaan     tokoh-tokoh   bawahan   tersebutsangat   mengdukung   keberadaan   tokoh   utama,sehingga cerita lebih mudah dipahami

Sedangkan: Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


26. Analisis PERNIKAHAN DALAM MIDAH SIMANIS BERGIGI EMAS DAN GADIS PANTAI

Link: https://www.academia.edu/download/89138515/13290.pdf

Objek: KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

Teori/ Pendekatan: Representasi

Analisis: Penelitian ini menggunakan karya Pramoedya Ananta Toer Midah Simanis
Bergigi Emas dan Gadis Pantai. Kedua karya ini diterbitkan pada masa pasca
kemerdekaan, dan karya sastra pasca kemerdekaan kecenderungan mengangkat isu
kelas masyarakat (Sumardjo, 1999:29). Di dalam Midah Simanis Bergigi Emas dan Gadis
Pantai pun, isu kelas sosial sangat kental diperlihatkan, termasuk kaitannya dengan
masalah pernikahan. Selain isu kelas sosial, masalah pernikahan lain yang tampak
dalam kedua karya ini ialah perjodohan, kekerasan dalam rumah tangga, serta
perceraian. Permasalahan tersebut ditampilkan melalui perjalanan hidup serta tokoh
utama, dan pandangan tokoh-tokoh lain terhadap kehidupan pernikahan tokoh
utama. Penelitian ini mengkaji permasalahan terkait pernikahan menggunakan teori
representasi yang digagas oleh Stuart Hall. Representasi adalah proses produksi
makna dari sebuah konsep yang berasal pikiran melalui bahasa (Hall, 2003:3).
Representasi merupakan cara untuk menampilkan konteks yang tersurat melalui
teks. Pengarang menggunakan elemen-elemen sebagai alat bantu dalam
menampilkan gagasan yang hendak mereka sampaikan. Elemen penting dalam
analisis melalui representasi yang dimaksud seperti suara, kata, nada, gestur,
ekspresi, baju, dan hal-hal lain yang penting dalam menampilkan gagasan pengarang
(Hall, 2003:5). Teks menjadi media penyampaian gagasan yang harus dipahami
secara tidak langsung, karena harus menganalisis elemen-elemen yang terkandung
dalam teks untuk menganalisis gagasan pengarang yang disampaikan melalui karya
sastra (Ratna, 2010:15).
Hall, dalam Hutashut, menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan dalam
menganalisis representasi teks tidak hanya terkait bahasa dan representasi yang
memberikan suatu makna, namun juga pemahaman yang mengkonstruksi identitas
dan menjabarkannya sebagaimana apa yang direpresentasikan oleh elemen-elemen
tersebut (Hutasuhut, 2016:3). Proses analisis representasi tidak hanya menampilkan
masalah-masalah terkait elemen yang digunakan pengarang. Representasi
mengaitkan elemen tersebut untuk menampilkan gagasan yang dimasukkan
pengarang di dalam karya mereka. Elemen tersebut menjadi alat bantu bagi peneliti
untuk menjabarkan wacana yang ditampilkan pengarang dalam karya sastra
tersebut. Pendekatan representasi tidak menampilkan gagasan secara acak, namun
gagasan yang sudah diklasifikasikan menjadi hubungan yang lebih rinci antar
gagasan yang ditampilkan pengarang (Hall, 2003:4). Melalui analisis representasi,
sebuah karya sastra tidak lagi menjadi sebuah karya fiksi belaka, namun menjadi
suatu rangkaian gagasan dari masalah yang terkandung di dalam karya tersebut.
Analisis representasi menguraikan unsur-unsur dari permasalahan dalam karya fiksi

Kesimpulan: Kedua karya ini menampilkan banyak unsur mengenai permasalahan pernikahan. Permasalahan pernikahan di dalam kedua karya ini kental terkait masalah kelas sosial di budaya Betawi dan Jawa. Midah dan Gadis Pantai menikah untuk menjadi bagian dari masyarakat kelas atas. Di dalam pernikahannya, Midah dan Gadis Pantai mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari suami. Perbedaannya ialah Midah memilih untuk meninggalkan suaminya, sedangkan Gadis Pantai tetap menjalani kehidupan pernikahnnya bersama Bendoro. Sikap mereka berdua pun terkait kelas, sebab Midah berasal dari masyarakat kelas atas, sedangkan Gadis Pantai berasal dari masyarakat kelas bawah yang menjadi seorang priyayi melalui pernikahan. Orang-orang yang mereka temui pun memiliki pendapat

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,

27. Analisis Lagu Asmilibrasi

Link: http://jurnaledukasia.org/index.php/edukasia/article/view/255

Objek: Soegi Bornean

Teori/Pendekatan; Ambarul  MS,  DaraM.A  Sinta  Wulandari,  Vita  A.P.

Analisis; Kaitanya dengan analisis lirik lagu Asmalibrasi karya Soegi Bornean ini, peneliti menggunakan metode  deskriptif  kualitatif.  Deskriptif  kualitatif  merupakan  prosedur  pemecahan  masalah  untukmenyelidiki  suatu  kajian  melalui  uraian  atau  deskripsi  mengenai  objek  penelitian  yang  sedang dibahas(Sugiyono,   2019).   Penelitian   kualitatif   merupakan   teknik   dalam   penelitian   yang   akan menghasilkan data deskriptif berupa bahasa tertulis danatau bahasa lisan (Lexy, 2017).Teori  Stilistika  menjadi  pendekatan  yang  peneliti  gunakan  dalam  penelitian  ini.  Ratna  (2013) Mengungkapkan  bahwa  stilistika  itu  merupakan  ilmu  yang  mempelajari  penggunaan  bahasa  dalam karya  sastra  dengan  mempertimbangkan  aspek  estetika  dan  konteks  sosialnya.  Referensi  terkaitmasalah  yang  dianalisis  menjadi  sumber  data  untuk  penelitian  ini.  Populasi  data  penelitian  ini diperoleh   dari   rekaman   lagu   Asmalibrasi   karya   Soegi   Bornean   di Spotify dan Youtube yang ditranskripsikan menjadi data tulis. Penelitian  ini  menggunakan  tahapanpenelitian  dalam  pengumpulan  data  dengan  cara  studi dokumenter,  teknik  tulis  dan  teknik  baca.  Karena  dengan  teknik  ini  agar  dapat  memperoleh  data yang berkaitan dengan objek penelitian ini. Peneliti menyusun tahapan pengolahan data dengan cara membaca  danmendengarkan  rekaman  lirik lagu  Asmalibrasi  secara  berulang-ulang,  setelah  itu lirik lagu  Asmalibrasi  ditranskripsikan  dan  diterjemahkan  ke  dalam  Bahasa  Indonesia,  lalu  peneliti mengidentifikasi  struktur  fisik  dan  idiom  yang  termaktub  pada  lirik  lagu  Asmalibrasi,  tahapan terakhir  peneliti  mengambil  kesimpulan  dari  hasil  menafsirkan  data  dan  hasil  temuannya  dibuat dalam bentuk kalimat.

Kesimpulan; Hasil  dari  penelitian  yang  telah dilakukan  pada  lirik  lagu  Asmalibrasi  Karya  Soegi  Bornean terdapat nilai estetika dalam struktur fisik yang berisi tentang diksi dan citraan imaji pada lirik lagu Asmalibrasi,   juga   terdapat   beberapa   macam   gaya   bahasa   di   dalamnya.   Hasil   penelitian   yang ditemukan  terdapat  61  Data  yang  terdiri  dari  Diksi  konotasi  25  Data,  diksi  denotasi  15  data,  imaji penglihatan  3  data,  imaji  pendengaran  1  data,  imaji  gerak  3  data,  imaji  perabaan  2  data,  majas hiperbola 1 data, majas metafora 6 data, dan majas alegori 5 data.Implikasi nilai estetika dalam lirik lagu  Asmalibrasi  karya  Soegi  Bornean  ini,  pada  SMA  kelas  X  sudah  sangat  sesuai  dengan  silabus Kurikulum  Merdeka  semester  2.  Defan  (2022)  mengungkapkan  salah  satu  pembelajaran  Bahasa Indonesia  yang  diajarkan  di  SMA  yaitu  pembelajaran  berbahasa  atau  kebahasaan  baik  dalam  teks bahasa  maupun  karya  sastra  pada  fase  E.  Aulia  (2021)  Berdasarkan  elemen  membaca  dan  memirsa dalam Capaian Pembelajaran (CP) peserta didik mampu  mengevaluasi, mengapresiasi, menciptakan teks  sastra  Nusantara.  Dalam  penelitian  ini,  materi  yang  digunakan  adalah  puisi  yang  terdapat  di dalam kurikulum  merdeka. Dalam era digitalisasi lirik lagu bisa dimanfaatkan sebagai media untuk menunjang pembelajaran

Sedangkan: Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


28. Analisis NILAI KESETIAAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK

Link: http://114.4.104.248/index.php/bahasa/article/view/1431

Objek: KARYA TERE LIYE

Teori/Pendekatan: deskriptif, dengan bentuk kualitatif.

Analisis: Esensi  dari  sebuah  nilai  kesetiaan tercermin  dari  sikapmental  yang dimiliki  seseorang, peka  terhadap  lingkungan  sosialnya sehingga  mendorong untuk  peduli  melakukan  perbuatan  bagi  kepentingan  lingkungan  sosialnya tersebut. Kesetiakawanan  sosial  adalah  memberikan  yang  terbaik  bagi  orang lain.  Melalui  kesetiaan  sebuah  hubungan  atau  relasi  akan  terjalin  secara harmonis, karena didasarkan kesadaran dan kerelaan untuk taat pada masing-masing faktor yang dijadikan objek untuk setia.

Kesimpulan: Berdasarkan fokus  penelitian  danhasil  analisis yang  telah  peneliti jabarkan sebelumnya, maka simpulannya adalah sebagai berikut. 1) kesetiaan terhadap peraturan dan kewajiban. Misalnya, bagaimanapun berat tugas yang harus  dijalankan,  tetapi  harus  tetap  setia  (patuh  dan  taat)  melaksanakannya, (2) kesetiaan terhadap keteguhan hati, (3) kesetiaan terhadap pendirian/janji.

Sedangkan: Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


29. Analaisis PEREMPUAN DALAM NOVEL DAKWAH

Link: https://e-journal.unair.ac.id/LAKON/article/download/6789/4068

Objek: ASMA NADIA DALAM PERSPEKTIF HALL

Teori/Pendekatan: Representasi dalam perspektif Stuart Hall

Analisis: Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode
analisis konten narasi pada novel. Analisa
narasi dilakukan pada novel karya Asma
Nadia yang berjudul Assalamualaikum
Beijing dan Surga Yang Tak Drindukan.
Alur analisa dilakukan dengan perspektif
Teori Representasi Stuart Hall yang terdiri
dari metode pengumpulan data dan metode
analisa data.
Metode pengumpulan data dilakukan
dengan mengkaji narasi novel dan
melakukan klasifikasi narasi sesuai
kategori yang diinginkan yaitu bagaimana
perempua ditampilkan. Data yang
dikumpulkan berupa narasi deskriptif dan
dialog.
Metode analisa data dilakukan dengan
mengkaji data yang terkumpul untuk
mengetahui representasi kedua gender.
Analisa lalu berlanjut pada susunan
hierarkis antara kedua gender yang muncul
di dalam narasi.

Kesimpulan: Dengan pemaparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa Asma Nadia yang
merupakan figur prominent dalam Forum
Lingkar Pena, masih menampilkan posisi
hierarkis antara laki-laki dan perempuan
di dalam karya-karyanya. Hal tersebut
berarti bahwa makna nilai liberation dan
equality yang dipegang oleh Asma Nadia
masih berlandaskan tafsir klasik atas teksteks suci agama Islam. Dengan begitu,
nilai persamaan yang dimaksudkan
menjadi semangat Forum Lingkar Pena,

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,


30. Analisi Kehidupan Religius Masyarakat Islam Kejawen Di Yogyakarta Pada Tahun 1868 M – 1912 M  

Link: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/penaliterasi/article/view/4448 

Objek: Novel Karya Haidar Musyafa 

Teori/Pendekatan: Tahayul-Bid’ah-Churafat, 

Analisis: Padabagianini,untukmengkaji penelitianinimenggunakanjenispenelitian  kualitatif  yangbertujuanuntuk memahamifenomena-fenomenadengan cara  mendeskripsikandalambentukkata-katayangberdampakbagipembaca(MoleongdalamEggyFajarAndalas, 2017:185).   Untukmemahamimaknanya    diperlukan    membaca    novelDahlan:SebuahNovel(2017)sajatanpaharus membandingkandengannoveltentangbiografi  kehidupan  K.H.AhmadDahlan  lainnya  dengan  unsur  tekslain.Pemaknaan     dilakukan     dengan     aspek kehidupanreligiusbermasyarakat.Jenis  penelitian  ini  digunakan  karena  data yang   digunakan   berupa   kalimat-kalimat yang   konfliknya   terjadi   pada   kehidupan religius  bermasyarakat  Muhammad  Darwis (K.H. AhmadDahlan).Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan      antropologi sastra, pendekatan ini digunakan pada karya sastra  karena  pendekatan  ini  sangat  relevan karena   tujuan   dari   penelitian   ini   adalah menjelaskan       bagaimana       representasi kehidupan religius masyarakat     Islam kejawen yang  terjadi pada tahun 1868 M –1912  M  yang  berada  di  Yogyakarta  dalam Novel Dahlan:  Sebuah  Novel (2017) karya Haidar       Musyafa       yang       mengalami penyimpangan   dari   ajaran   agama   Islam yang sebenarnya. 

Kesimpulan: Novel Dahlan: SebuahNovelkaryaHaidar      Musyafaberisikantentang representasi  kehidupanreligiusmasyarakat Islam kejawen yang ada diYogyakarta.Hal ini terjadi, karena adanyakepercayaanyangmasihmelekatdan dianggapolehmasyarakatsekitarbahwasemua peninggalan  itu  ajaran  yang  adadidalam agama  Islam.  Akan  tetapi,semuaajarantersebutbukanlahajaranagamaIslam,melainkanajaranagamaHindu-Budha.Adanyakehidupanreligiusmasyarakat Islamkejawenmenimbulkanadanyapercampuranagamadanpenyelewengandalam beragama.Dalam  novel Dahlan:  Sebuah  Novel karyaHaidar    Musyafa    terdapat    kesenjangan didalamnya    terdapat    masalah    beragama kehidupan      religius      masyarakat yang digambarkan   dalam   dialog   antar tokoh dengan  masyarakat  sekitar  karena  merasa masyarakat      disekitarnya      menjalankan ajaran  yang  tidak ada  dasarnya  di  dalam ajaran agama islam dan masih mempercayai hal-hal     yang     berbau Tahayul-Bid’ah-Churafat semua    itu    jelas    bertentangan dengan      ajaran      agama      Islam      yang sesungguhnya

Sedangkan Artikel Saya membahas karya digital dengan menggunakan teori representasi yang dikembangkan oleh Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1957-1913) dan   Charles   Sander   Peirce   (1839-1914).   Kedua   tokoh   tersebut   mengembangkan   ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika   Serika.   Latar   belakag   keilmuan   adalah   linguistik,





Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 pertanyaan filsafat seni pada diri sendiri

menganalisis sebuah karya design filsafat seni